“Berapa bang harganya..???” tanya seorang pembeli ke penjual nasi goreng di perempatan lampu merah itu. Lantas si penjual pun menjawab “tujuh ribu harganya mba”.. Kemudian terjadilah transaksi, si penjual memberikan bungkusan nasi gorengnya dan si pembeli itu pun memberikan 1 pecahan dua puluh ribuan.. “Ini mba kembalinya” ujar si penjual sambil memberikan 1 lembar 10 ribuan yang sudah lusuh dan 3 lembar ribuan yang masih terlihat baru dan bersih.. Melihat uang kembalian yang sudah lusuh tersebut si pembeli itu pun mencoba u/ “merayu” penjualnya agar mau menukarkan uangnya dengan 10 ribuan yang masih terkesan baru.. Tanpa pikir panjang si penjual itu pun langsung mengganti begitu saya uang yang ia miliki..

——– Nah teman, apa kamu termasuk orang yang selalu mencoba menukarkan uang-uang “lusuh” kamu dengan uang yang masih terkesan “baru”..??? atau kamu adalah orang yang sama sekali tidak memperdulikan bagaimana pun bentuk uang kertas itu?  Ya, apa pun pilihannya tentu masing-masing mempunyai alasannya. Saya sendiri termasuk orang yang tidak memperdulikan bagaimana kaku atau lusuhnya uang saya.. Buat saya nilai uang itu tetap sama.

Sama halnya dengan nilai seorang manusia.. “Apa pun kondisi kita, si kaya-si miskin, si pintar-si IQ rendah, atau si cantik-bahkan si buruk rupa.. waw 🙂 Itu hanya bentuk yang mungkin terlihat berbeda, tapi sekali lagi apa pun itu tidak lah mengurangi nilai Manusia itu sendiri.. Kita semua sama. Ibarat si tanah liat, di pelosok dunia mana pun jika memang ada tanah liat pasti prinsipnya sama yaitu sama-sama lentur untuk dibentuk sesuai keinginan kreatornya.. Ada yang menjadikan tanah liat itu sebagai guci indah nan mahal harganya, ada pula yang hanya menjadikannya sebagai asbak pembuang abu rokok saja. Apa pun bentuknya, seberapa pun rupiah harga guci atau asbak tersebut keduanya tetap sama, terbuat dari unsur yang sama dan tetap memiliki NILAI yang sama.. >> Seperti itu pula lah kita “NILAI kita sebagai MANUSIA” ^^